JELANG HARI RAYA NYEPI 1939 SAKA, RIBUAN WARGA TENGGER ARAK 40 OGOH-OGOH
JELANG HARI RAYA NYEPI 1939 SAKA, RIBUAN WARGA TENGGER ARAK 40 OGOH-OGOH
admin
Tahun : 2017
27 Mar
Ribuan warga dari Etnis Tengger di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan mengarak 40 ogoh-ogoh atau patung raksasa dalam perayaan upacara menjelang Hari Raya Nyepi 1939 Saka, Senin (27/03) sore.
Ogoh-ogoh tersebut diarak keliling desa yang diberangkatkan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf dan Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf.
Widian Dharma Singgih, Ketua Panitia Penyelenggara Pawai Ogoh-ogoh mengatakan, sebelum diarak, ogoh-ogoh tersebut ditempatkan di Balai Desa Telogosari. Di sana, warga bersama dengan para pemangku agama Hindu berdoa bersama untuk keselamatan bersama. Barulah setelah itu, puluhan ogoh-ogoh tersebut diarak keliling desa hingga menuju Lapangan Desa Telogosari.
"Semua ogoh-ogoh yang diarak keliling desa adalah dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tosari, Puspo, dan Tutur dengan total sebanyak 10desa. Di Kecamatan Tosari sendiri memiliki 8 desa, sisanya dari Kecamatan Tutur dan Puspo," terangnya.
Ditambahkannya, ogoh-ogoh merupakan simbol butha kala yang memiliki kekuatan negatif atau kekuatan alam yang merupakan perwujudan dari unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara. Mengarak ogoh-ogoh termasuk pecaruan dalam catur bratha nyepi yang pada akhir acara ogoh-ogoh tersebut akan dibakar di desa masing-masing.
"Pada akhir acara ogoh-ogoh akan dibakar untuk menghilangkan sifat buruknya dan berharap hanya ada sifat kedewaan yang ada di diri manusia dan alam semesta, sehingga inti dari ini semua untuk menetralisir alam dan manusia," paparnya.
Menurut dia, upacara Nyepi memiliki empat rangkaian, yakni melasti yang sudah diadakan pada hari Sabtu (25/03) di lereng Gunung Bromo, pecaruan atau tawur dan pengerupukan, nyepi, dan ngembak geni.
"Dalam perayaan nyepi atau catur brata nyepi terdiri dari amati geni yang berarti tidak menyalakan api, termasuk api amarah yang ada dalam diri manusia, lelanguan yang berarti tidak berfoya-foya atau mengadakan pesta," jelasnya.
Selain itu, pati lelungan yang berarti tidak berpergian kemana pun, dan pati karya yang berarti tidak bekerja selama Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hitungan tilem kesanga yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera.
Sementara itu, Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf menegaskan, Pawai Ogoh-ogoh merupakan potensi pariwisata yang nantinya akan dikembangkan lebih serius lagi untuk mendatangkan para wisatawan.
"Acara ogoh-ogoh ini sangat menarik dan banyak diminati wisatawan dan Kabupaten Pasuruan setiap tahun selalu mengadakan arak ogoh-ogoh keliling desa. Hal ini bisa menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin melihat prosesi Hari Raya Nyepi serta pemandangan alam yang indah dengan udara yang sejuk," katanya.
Di sisi lain, Syaifullah Yusuf alias Gus Ipul menambahkan, tradisi Pawai Ogoh-ogoh adalah budaya masyarakat yang harus dipertahankan sampai kapanpun. Dalam artian, budaya yang mendatangkan ketertarikan masyarakat untuk mengabadikan setiap momen penting dalam pawai itu sendiri, sehingga ujung-ujungnya adalah membuat daerah itu semakin populer.
"Kalau ke Tosari mesti orang bukan hanya datang melihat Matahari Terbit dari Penanjakan saja, melainkan melihat budayanya. Nah pawai ogoh-ogoh ini adalah salah satu cara yang kebetulan merupakan tradisi nenek moyang yang menarik untuk ditonton sehingga secara tidak langsung mendatangkan wisatawan ke Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur," tegasnya. (emil
3758 x Dilihat
256 Disukai
332 Tidak Suka
Share Berita :
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar