Batik Tulis Wonosari, Representasi Ragam Potensi Kabupaten Pasuruan
Batik Tulis Wonosari, Representasi Ragam Potensi Kabupaten Pasuruan
admin
Tahun : 2018
04 Dec
Berbekal ketrampilan membatik yang pernah dipelajari pada tahun 2015 silam, para ibu di Desa Wonosari mampu menghasilkan batik tulis berkualitas premium. Bermain-main dengan motif Pakrida yang merupakan akronim dari Penanjakan, Krisan dan Sedap Malam, batik tulis Wonosari semakin meramaikan produk-produk unggulan Kabupaten Pasuruan. Utamanya di bidang seni kriya sebagai salah satu suksektor ekonomi kreatif.
Adalah Suroida, satu diantara pengrajin batik tulis Wonosari yang terus melebarkan sayapnya sebagai pembatik profesional. Dalam setiap minggunya ia mengerjakan sekitar 4-5 potong kain batik. Pesanan demi pesanan-pun diterimanya dari konsumen batik yang tidak hanya berasal dari wilayah Pasuruan saja. Tetapi juga dari Sidoarjo, Surabaya bahkan pemesanan dari luar daerah seperti Jakarta dan Bali.
“Saya dan teman-teman sudah mulai membatik sejak tahun 2015. Motif andalan batik Wonosari lebih ke eksplorasi bermacam potensi Kabupaten Pasuruan. Misalnya, motif bunga Krisan, Sedap Malam dan Penanjakan”, tuturnya saat tadi dikonfirmasi Dinas Kominfo Kabupaten Pasuruan, Selasa (4/12/2018).
Ida, panggilan akrab perempuan berumur 35 tahun warga asli Desa Wonosari tersebut menceritakan, dibutuhkan waktu sekitar satu pekan untuk menyelesaikan satu karyanya di atas kain sepanjang 2,2 meter dengan lebar 160 cm. Sebelum kemudian didistribusikan ke alamat masing-masing pemesan atau dipamerkan di Galeri Batik Tulis Wonosari yang berlokasi di sebelah Balai Desa Wonosari, Kecamatan Gondangwetan.
Lamanya proses membatik itu juga yang membuat hasil karyanya tampak nyata pada setiap detil keindahannya. Harga yang dibandrol-pun beragam sesuai dengan jenis pewarna dan tingkat kerumitan motif. Untuk batik tulis dengan warna sintetis per potongnya dipatok seharga Rp 250.000 – Rp 300.000, sedangkan kain batik dengan pewarnaan alam dihargai Rp 400.000 – Rp 500.000.
“Butuh waktu cukup lama memang untuk bisa menghasilkan sehelai kain batik tulis. Kebetulan saya membuat desain gambar sendiri yang dilanjutkan dengan proses pembuatan pola dari canting, pewarnaan lanjut dilapisi dengan lilin biar warna awet. Kain yang sudah dibatik dicelup warna dasar, minimal dua kali proses pencelupan sebelum kemudian direndam sehari semalam. Terakhir, kain batik dijemur dan diangin-anginkan, jadi tidak langsung dijemur di bawah sinar matahari langsung”, jelasnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Warta Wonosari, Maimun mengatakan, ia sangat mendukung aktivitas ekonomi kreatif yang dilakukan para pembatik di desanya dari segi diseminasi informasi ke masyarakat. Baik dilakukan dalam bentuk publikasi di blog maupun media sosial KIM Warta Wonosari maupun mempromosikannya secara getuk tular ke beberapa instansi Pemkab Pasuruan.
Akhmad Rokhim, satu diantara pengguna batik tulis Wonosari yang merupakan ASN di Pemkab Pasuruan menyampaikan bahwa ia merasa cocok dengan kualitas produk yang kerapkali dibelinya untuk digunakan sebagai seragam kantor. Menurutnya, batik tulis Wonosari memiliki warna yang cemerlang dengan bahan kain katun yang lembut. Sehingga sangat nyaman dipakai pada saat diluar kantor sekalipun. (Eka Maria)
5459 x Dilihat
403 Disukai
309 Tidak Suka
Share Berita :
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar